Yakini Digitalisasi dengan Amazon Berekspansi ke Indonesia

sumber: Amazon.co.uk




Perusahaan jual beli daring terbesar di dunia, Amazon, akan masuk Indonesia dan berekspansi ke tanah air. Pada 21 September 2018, Vice President Amazon Werner, Vogels bersama Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati bertemu Presiden Indonesia, Joko Widodo di Istana Kepresidenan. Pertemuan itu terkait renana investasi yang bernilai 14 trilun Rupiah untuk 10 tahun ke depan.

Tidak dapat dielakkan, Indonesia memang menjadi pusat dan target negara pasar besar bagi para pelaku bisnis digital. Hal ini dibuktikan dengan Amazon yang kini melirik Indonesia yang sebelumnya Alibaba telah menggandeng Lazada dan resmi bermerger.
Amazon sukses meraih pasar di beberapa negara besar di dunia. 

Berpusat di Seattle, Amerika Serikat, tentu sudah mencakramkan bisnisnya di negara asalnya. Selain di Eropa ada Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol dan di Asia ada China dan Jepang. Amazon melihat Indonesia merupakan tantangan untuk memperluas bisnisnya khususnya setelah China dan Jepang. Kini Amazon fokus mengembangkan 2 lini bisnis, e-commerce dan layanan komputasi awan atau cloud. Dengan mantap memutuskan investasi selama 10 tahun ke depan, Amazon yakin akan terbuka dan mengalami perkembangan berarti bagi bisnis penjualan daring juga sistem Cloud atau komputasi awan.

Amazon dalam operasionalnya melakukan penjualan online hingga ke luar negeri. Jika dipikirkan, ini merupakan keuntungan dan kelebihan Amazon. Dalam tahap awal perkembangannya harus berinovasi untuk mendapatkan ruang di hati konsumen Indonesia sehingga tidak kalah eksis dengan kompetitornya, Tokopedia, BukaLapak, Blibi dan Lazada yang sudah diakuisisi oleh Alibaba.

Tokopedia kini berinovasi sekaligus bekerja sama dengan OVO untuk membuka fasilitas dompet elektronik. Sebelumnya Tokopedia sudah mengajukan ke Bank Indonesia (BI)  untuk mendapatkan lisesnsi dompet elektronik atau digital, namun tidak disetujui. Kini Ovo yang sudah mendapatkan pengguna mencapai 80 juta, akan semakin memperkuat posisi Tokopedia. Kemudahan yang kini dihadirkan kedua perusahaan ini mampu memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus menguntungkan dan semakin menambah eksistensi masing-masing.

BukaLapak juga tidak ingin kalah. BukaLapak kini menyediakan jasa tukar tambah mobil, bekerja sama dengan perusahaan Mobil88. Inovasi yang baik walaupun masih terus berkembang dan baru dapat dinikmati pengguna sekitar Jabodetabek. Tidak hanya fokus pada lini jual beli daring, ada diferensiasi dan mengambil peluang yang baik. Tidak hanya itu, Bukalapak juga menggandeng DANA, yaitu dompet digital. Sama dengan langkah Tokopedia bersama OVO yang saling bersinergi. Dapat dilihat dengan kondisi ini, kedua e-commerce saling bersaing dengan sangat ketat. Inovasi BukaLapak yang lain, kini menyediakan layanan pemesanan bus antarkota dan travel yang hampir sama dengan diferensiasi yang dilakukan Blibli.

Blibli kini diakuisisi Indonesia Flight yang merger dengan Tiket.com. Awalnya Indonesia Flight masih memanfaatkan beberapa inventory dari Tiket.com. sempat tidak ada pengumuman berarti dari pihak CEO Indonesia Flight, Marcella Einsteins, pada 12 Juni 2017 melakukan akuisis dengan startup travel online, Tiket.com.Ternyata Indonesia Flight dan Tiket.com memang merupakan sister company hingga sering “saling membantu” dalam operasional bisnisnya dalam setiap segi.  28 November 2017 menjadi hari Blibli mengkonfirmasi kepada TechinAsia melakukan  akuisisi dengan perusahaan yang dipimpin Marcella tersebut.

Berikutnya Lazada, perusahaan yang sekitar 80% saham kini dipegang oleh Alibaba. Walaupun sempat redup, kini Lazada kembali diperkuat dengan saham pemegang lebih banyak dipegang oleh e-commerce senior, Alibaba. Alibaba memiliki beberapa unit bisnis dalam berbagai bidang seperti finance, jasa antar barang, ekspedisi, dan masih banyak lagi. Kini TaoBao yang juga anak bisnis Alibaba, telah dipasarkan produknya di Lazada. Selain itu, Lazada kini menjadi official store yang menjual semua produk brand Apple.

Dengan segala keunggulan masing-masing e-commerce, muncul pertanyaan apa yang akan dilakukan Amazon untuk menyambangi kedudukan kompetitornya di Indonesia?
Lalu sistem cloud yang disodorkan Amazon. Dengan sistem cloud ini,Amazon memberikan layanan dari segi IT dan penyimpanan data center untuk kebutuhan yang besar, bagi perusahaan maupun instansi resmi. Kompetitornya ada Google. Dengan sejumlah inovasi produk dan layanannya, kini Google dapat dikatakan penguasa sistem penyimpanan awan di Indonesia yang tidak asing dengan setiap aktifitas masyarakat sehari-hari. Microsoft yang fokus meluncurkan berbagai layanan yang memanjakan konsumen pengguna.

Sejumlah kompetitor ini dapat menjadi ancang-ancang Amazon untuk terus mengerjakan tugas “lebih” jika ingin berekspansi, khususnya ke Indonesia. Sebelumnya, Amazon sudah masuk ke Singapura pada akhir 2017.  Jika kita melihat keunggulan sistem komputasi awan ini Amazon mengklaim terdapat setidaknya  6 poin keuntungan Amazon Cloud.

1.      Bayar kapasistas variabel hanya yang dikonsumsi saja

2.      Biaya variabel lebih rendah daripada bila didapatkan sendiri (penyesuaian dengan pengguna)

3.      Akses sebanyaknya atau sedikitnya yang dibutuhkan hanya dengan pemberitahuan beberapa menit sebelumnya

4.      Tidak perlu khawatir menjadi memperlambat kinerja, namun dapat meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas

5.      Memungkinkan Anda berfokus pada pelanggan, bukan pekerjaan berat seperti menempatkan, menumpuk, dan mengurus server.

6.      Menerapkan aplikasi Anda dengan mudah di beberapa wilayah di seluruh dunia, hanya dengan beberapa klik

Dari keenam keunggulan ini memang sangat terlihat kontras apa yang disediakan Amazon Cloud bagi pengguna, yaitu perusahaan maupun startup bagi desain bisnis mereka lewat aplikasi, sistem penyimpanan yang besar, pengelolaan teknologi informasi dan infrastruktur sangat menjanjikan. Semoga saja dapat memperbesar dan membuka banyak peluang lain bagi proses digitalisasi anah air.
Lewat sistem cloud ini memang dapat membuka pilihan baru dari beberapa cloud yang sudah tersedia di tanah air. Kompetitor Microsoft menggandeng Telkomtelstra dalam meluncurkan solusi layanan Hybrid Cloud berbasis Azure Stack di Indonesia pada Agustus 2017,  lebih dulu menyediakan data center bagi tanah air untuk perkembangan digitalisasi perusahaan yang membutuhkan penyimpanan yang besar.

Dari isu ini, bisa dikatakan Amazon dapat menghadirkan disrupsi, di mana kebangkrutan dan kebangkitan jenis dan model bisnis bisa terjadi. Dengan beragamnya pilihan cloud yang menyediakan fasilitas data center ini, mau tidak mau menimbulkan dua sisi, negatif dan positif. Diharapkan masing-masing dari perusahaan raksasa ini tetap bersinergi bagi perkembangan digitalisasi Indonesia.
Dalam data Cloud infrastructure Service, Amazon memang menjadi pemegang pasar terbesar nomor 1, disusul Microsoft, IBM, Google, Next 10 dan yang terkahir Alibaba. Seakan mengancam posisi Alibaba Cloud. Memang Indonesia menjadi sasaran target pasar dengan isu perkembangan startup dan peralihan digitalisasi. Dengan masuknya Amazon ke Indonesia dapat menjadi kesempatan untuk kompetitor lain memperbesar kapasitas mereka dalam bersaing. 

Apa yang disiapkan Amazon kini diharapkan mampu menunjang proses digitalisasi yang sedang berkembang di Indonesia. Semoga lewat dua unit ini, e-commerce dan cloud yang sedang digarap Amazon bagi Indonesia tidak hanya menenggelamkan unit yang sebelumnya sudah ada, tapi membangkitkan model bisnis baru.

Sumber artikel: TechinAsia dan sumber lain


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hal Ini Wajib Kamu Ketahui untuk Tarik Hati Investor bagi Startup Pemula

Sukses Ambil Peluang di Industri Hiburan, Segudang Pencapaian E-motion Entertainment

Catatan Perjalanan Najwa Shihab Menjadi Jurnalis Handal