Kesetaraan Gender Arab Saudi


Berdayakan Kaum Pemakai Abaya

     
     Saudi Arabia, negara dengan sistem pemerintahan kerajaan. Kita tau bahwa negara ini terkenal dengan kebiasaan dan nilai masyarakat yang masih konservatif, bahkan jadi role model beberapa lapisan masyarakat dunia. Termasuk Indonesia. Benar engga, sih? Let me know what you think. Tapi entri kali ini saya bukan membahas tentang itu namun kesetaraan gender kaum perempuan yang jadi isu hangat di sana.

     Kaum perempuan di Arab Saudi ternyata memiliki banyak batasan, larangan dan atau hal-hal yang tabu untuk dilakukan oleh mereka. Diantaranya: Menyetir kendaraan; melakukan aktivitas di luar ruangan dengan terbuka; dan hak mengambil keputusan untuk pendidikan, travelling dan kegiatan pribadi. Tiga hal ini contoh kaum perempuan tidak memiliki hak sepenuhnya. Beberapa di antara kamu mungkin sudah tau, well I hope you all guys who did not know this issue, let’s we discuss.

     Memang semenjak tahun 2013 negara Arab Saudi mulai terbuka pada kaum yang memakai abaya ini. Ditandai dengan kaum perempuan diperbolehkan untuk menyetir ‘tanpa’ izin terlebih dahulu dengan kaum laki-laki (suami, ayah, saudara laki-laki dan kerabat laki-laki lain). Ini pintu awal menuju kesetaraan gender di negara yang berada di timur tengah itu.

     Negara yang dikepalai oleh Raja Salman itu begitu tabu melihat perempuan yang melakukan aktivitas olahraga di tempat umum seperti Gym Class, exercise atau belajar bela diri. Ngeri enggak sih? Di Indonesia justru perempuan berbondong-bondong olahraga dengan berbagai macam jenisnya supaya tetap sehat, get in shape. Memang setiap negara punya budaya masing-masing, tapi olahraga seolah-olah punya dampak yang negatif hingga dianggap tabu. Di sana jika melihat seorang perempuan aktif berolahraga seperti boxing, basketball atau battle in team, kaum laki-laki merasa khawatir perempuan akan ‘berani melawan’ mereka. It is not too bad as like that. Berikut tokoh yang jadi inspiratif kesetaraan perempuan khususnya dalam olahraga

1. Halah Alhamrani 

Saudi gym owner Halah Alhamrani, 41, trains in her gym centre in the coastal city of Jeddah, February 19, 2018 (AMER HILABI | AFP)

     Halah Alhamrani adalah first woman boxer, ia percaya lewat olahraga bisa memberdayakan perempuan. Perempuan keturunan Amerika-Arab ini membuka tempat gym sejak tahun 2016. Seorang ibu yang menjadi anggota kelas gym Alhamrani mengucapkan terima kasih karena telah mengenalkan kepercayaan diri lewat olahraga dan empowering woman. Tetapi ada juga perempuan yang mundur dari kelas gym-nya karena kaum laki-laki terdekatnya merasa ‘terancam’. How sticky!
 
      Kini Alhamrani terlibat dalam membentuk kurikulum olahraga baru untuk sekolah umum. Sebagai putri seorang ibu Amerika dan ayah Saudi, ia menikmati hak istimewa yang ditolak sebagian besar gadis Saudi, karena orang tuanya berpikiran terbuka dan mendorong olahraga sejak usia dini. Itu sebabnya Alhamrani berani untuk mengkampanyekan perempuan melawan stigma yang melekat pada masyarakat.
Photo by: AMER HILABI | AFP


      Bersyukur di Indonesia kaum perempuan memiliki akses yang sama dengan laki-laki walaupun belum sepenuhnya dapat dikatakan ‘setara’ dengan laki-laki. Di bawah rencana reformasi visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pemerintah sedang mencari cara untuk memulai olahraga wanita meskipun berisiko menggelayuti kaum konservatif. Saya percaya ini merupakan kesempatan perempuan Arab untuk diberdayakan. Hal itu dilatarbelakangi Olimpiade Rio 2016 yang hanya empat wanita Saudi yang tampil setelah dua nama di tim untuk London pada tahun 2012 - pertama kalinya negara Teluk mengirim atlet wanita ke Olimpiade.

2. Lina K. Almaeen

 
Photo by: english.alarabiya.net


      Almaeen adalah pendiri Jeddah United (JU), klub bola basket perempuan pertama di Arab. Tahun 2003 pemerintah Arab tidak memberi ijin kepada gym atau klub-klub olahraga yang terdiri dari kelompok wanita dan hanya beberapa sekolah swasta elit yang menawarkan olahraga untuk anak perempuan. Ia memiliki visi untuk perempuan dalam olahraga, kesehatan dan latihan fisik yang secara bersamaan tetap dalam parameter masyarakat Saudi," kata Deborah Packwood, konsultan olahraga internasional yang telah bekerja dengan JU.
Al Maeena stands with members of the Jeddah United team. Photo by: MONA ALZUBAIR | OZY.com
     Lina K. Almaeena adalah seorang penulis Saudi, ia adalah anggota Komite Bisnis Saudi Muda dan Komite Investasi Olahraga di Kamar Dagang Jeddah dan Dewan Wanita Bisnis Muda Kerajaan. Ia terdaftar sebagai salah satu dari 200 Wanita Paling Berpengaruh di Timur Tengah oleh Majalah Forbes 2014.
      
     
     Tidak hanya idealis akan nilai perempuan memiliki hak bebas untuk melakukan aktifitas olahraga tetapi Almaeen ingin kegiatan itu tetap dalam koridor budaya Saudi. Semangat yang begitu mulia, saya harap ke depannya Arab Saudi membuka pemikiran perempuan memiliki tempat dalam bidang politik dan pemerintahan, kegiatan ekonomi, aktif mengambil bagian dengan hak yang bebas atas dirinya.

Jangan sampai kekonservatifannya membatasi ruang gerak perempuan, perlahan Arab dapat menerima perempuan sebagai kaum pendamping laki-laki tanpa mengelasduakan perempuan. Gimana nih pendapatmu?

OZY.com | The Times of Israel | Alarabiya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sukses Ambil Peluang di Industri Hiburan, Segudang Pencapaian E-motion Entertainment

Hal Ini Wajib Kamu Ketahui untuk Tarik Hati Investor bagi Startup Pemula

Catatan Perjalanan Najwa Shihab Menjadi Jurnalis Handal